Thursday, October 11, 2018

Onny Arifin Yuwono Akan Memproklamirkan Teknik Pijat Ala Indonesia Ke Dunia Internasional

Tak pernah terpikir sebelumnya di benak Onny Arifin Yuwono untuk menjadi seorang tukang pijat. Demi menafkahi keluarga, ia menanti pelanggan sebelum matahari terbit hingga malam menjelang. Padahal Yuwono bergelar master di bidang ekonomi dan sempat bekerja di bidang pariwisata. Namun suatu alasan membuatnya alih profesi.
Onny Arifin Yuwono Akan Memproklamirkan Teknik Pijat Ala
Indonesia Ke Dunia Internasional

Saya Veri Prihardi

Saya, Amalia Lutvia
Saya, Agnes Karina
Dan saya, Kania Sutisna Winata
Pemirsa, inilah 360
3 fakta membuka mata dalam 60 menit.

Tukang pijat, sebagian orang mungkin memandang profesi ini sebelah mata. Namun Onny Arifin Yuwono mampu mengubahnya. Amalia Lutvia menjumpai pemuda bergelar master dalam pendidikan ekonomi yang banting setir menjadi tukang pijat. Ia merintis karirnya mulai dari pemijat keliling di area Monas, Jakarta. Hingga akhirnya berhasil membangun puluhan gerai refleksi.
Di luar negeri, keahlian sang master pijat pun diakui. Inilah kisah selengkapnya. Tak pernah terpikir sebelumnya di benak Onny Arifin Yuwono untuk menjadi seorang tukang pijat. Demi menafkahi keluarga, ia menanti pelanggan sebelum matahari terbit hingga malam menjelang. Padahal Yuwono bergelar master di bidang ekonomi dan sempat bekerja di bidang pariwisata. Namun suatu alasan membuatnya alih profesi.
Pak Yono, seorang sarjana yang sudah melanjutkan ke S2, kenapa kepikiran jadi seorang tukang pijat.
Onny Arifin Yuwono, konsultan pijat profesional.

“Saya tiba di suatu titik nol. Saya tidak punya uang apa pun, saya jatuh, saya lihat ada orang, dia orang, orang padang. Dia punya isteri dan anak 3, bekerja di Monas dan dia hidup. Dari situ lah saya tertarik dan bahkan saya mau belajar pengen menjadi Monas. Setelah itu, ternyata enak yah.”
“Kita mijit, selesai. Orang bayar berapa pun terserah dia. 10, 20, it’s ok gituh.”

Ternyata momentum itu menjadi titik balik sang terapis. Perjuangannya di Monas 10 tahun kini menuai hasil. Saya menemui Yuwono di sebuah tempat refleksi mewah di kawasan Industri, Bekasi, Jawa Barat. Inilah penyedia jasa pijat yang dikelolanya.
Yuwono tak lagi memijat dari 1 pelanggan ke pelanggan lain di Monas. Melainkan jadi konsultan, sekaligus konseptor di berbagai jasa refleksi pijat di Indonesia. Lebih dari 40 cabang tempat refleksi, mulai dari yang kelas menengah hingga kelas atas, ia tangani. Dari penghasilan rata-rata 3 juta rupiah per bulan yang ia dapat di Monas, kini kontrak senilai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah datang padanya.

Yang paling banyak, sampai nambah-nambah, sampai di puncaknya bapak, paling banyak itu tahun berapa dan ada berapa ??
“Waktu itu tahun 2012, sampai 30 an kurang lebih.”
Penghasilan bapak sampai berapa tuh dengan 30-an outlet seperti itu ??
“Ya kalau kerja sama kita kan duit muter sebenarnya. Kalau bicara pendapatan sebenarnya enggak bisa yah. Karena itu dipake . . . . . . . . .”
Kisarannya ??
“Minimal kalau satunya. Waktu itu sih enggak gede sih, waktu itu cuma 60 – 80.”
80 juta u/ 1 outlet ??
30 outlet berarti, kalikan 30 ya Pak yah.
“Iya.”

Sebagai konsultan dalam setiap pembukaan usaha refleksi, Yuwono menandatangani kontrak untuk menyediakan tenaga pemijat, menyiapkan jenis menu pelayanan, hingga mendesain ruang yang nyaman dan aman bagi konsumen.
Selain nilai kontrak yang berkisar antara 60 juta rupiah dari refleksi menengah hingga 150 juta rupiah di kelas refleksi VIP, Yono juga mendapatkan 5 hingga 10% bagi hasil keuntungan setiap bulannya.
Tak serta merta ia mendapatkan kesuksesan. Selama menjadi tukang pijat monas dari tahun 2007 hingga 2009, ia pun mempelajari beberapa teknik pijat. Dan sebelum fokus menekuni bisnis, Yuwono menjadi buruh.
Kini ia memiliki sebuah sekolah pijat, lembaga pendidikan, dan pelatihan pijat sehat yang berdiri sejak 2010. Sebuah cita-cita yang sejak dulu ia impikan. Dari 1 teknik memijat, Yuwono mematok biaya 3 hingga 6 juta rupiah untuk setiap orang yang diajar menggunakan cara private. 30 teknik pijat dari 59 teknik di dunia telah dikuasainya.
Tak hanya di dalam negeri, ia pun sering kali di undang workshop di beberapa negara seperti Hongkong dan Jepang. Bertanggung jawab atas kesehatan pasien, Yuwono selalu mengajarkan kepada para muridnya mengenal anatomi tubuh sebelum mengenal teknik pijat. Hal inilah yang membedakan refleksi tukang pijat menjadi seorang terapis profesional.

Banyak orang seperti Bapak di Monas menjadi tukang pijat mereka pikir tidak perlu skill yang sangat tinggi atau belajar di semua tempat. Kenapa ?? Apa pentingnya seorang tukang pijat itu belajar anatomi atau belajar teknik yang benar, Pak.
“Anatomi itu basic penting sekali. Kenapa ? Ini bicara tentang kesehatan orang, berhubungan dengan nyawa orang. Kalau dia salah pencet, orang nya meninggal, apa yang terjadi ??”
“Di tuntut, udah gitu masuk penjara, karir dia habis. Kedua teknik, ketiga berat badan gravitasi. Kebayang, kok sehari dia mijet 8 orang, tekniknya salah. Apa yang terjadi ?? pinggangnya bisa sakit, tanggannya bisa sakit. Dia enggak bisa bangkit.”

Bapak sebagai terapis sendiri, gimana pendapatnya mengenai teknik yang diajarkan tadi ??
Suryana, pemijat tradisional, “Yang saya rasakan di saat guru mengajarkan teknik-teknik pijat di teknik Yunol ini, itu sangat jauh sekali perbedaannya dengan teknik-teknik yang selama ini kita pelajari. Mungkin hanya sebagian dengan teknik menggunakan berat makanan. Yang masih itu masih bisa kita samakan gitu.”
“Tapi teknik untuk tekanan, teknik untuk gerakan. Kalaupun jalur yang dipijatnya itu tetap sama. Jalur meridian, jalur sarafnya, itu tetap sama.”

Di bawah Yumeiho Indonesia Foundation sebuah teknik pijat dibawah Yumeiho Jepang yang di pimpinnya, Yuwono juga mengadakan gerakan sosial. Ia mengajar teknik pijat kepada para tuna netra tanpa biaya. Saya pun mendatangi workshop sosial yang diadakan di Heikar Manah, Bandung.

Kan kalau misalnya teman-teman tuna netra ini kan sudah berpengalaman yah. Karena mereka memijat sudah bertahun-tahun, ada yang udah lama juga, terus apa yang bapak Ono ajar nih kalau dilihat ??
“Yang saya lakukan adalah perbaikan gerakan dia. Jadi selama ini mereka mijetnya pakai tangan, jadi tenaganya di tangan, cepat capek dia. Disini kita ajarkan dalam kombinasi pakai tangan, berat badan dia pakai ketinggian, sama gravitasi, seperti ini.”
Posisi juga diatur gituh ??
“Di atur semua.”
“Jadi seperti ini, kuda-kuda kan. Lemas balik lagi Pak, santai.”
“Tenaga seperti ini, dia hanya ngeluarin 50%.”
Karena pakai berat badan.
“Dorongan ini pak.”
“Tapi kalau gini doang, 100 % di tangan.”
“Meskipun ini sederhana, kita pun enggak banyak gerakan. Tapi gerakan ini dahsyat, kenapa ?? Begitu ia lakukan dengan teknik yang benar, akan aman di pasien, aman di dia sendiri. Amannya di pasien, pijetannya akan enak.”
Karena itu menjadi salah satu mata pencaharian dari teman-temannya.
“Kalau pijetannya enak mbak, pasien puas, akan mutar rejeki dia. Tapi kalau pijetannya tidak enak, stop disitu mbak.”

Hari itu, 30 orang dari komunitas tuna netra Bandung, Jawa Barat tengah berkumpul. Sebagian baru belajar, sebagian lainnya baru menganggap jasa pijat sebagai penghidupan karena pilihan pekerjaan yang terbatas akibat kondisi fisik mereka.

Ibu Wati, berapa lama mijet Bu ??
“Dari tahun 99.”
Saya menemui Wati yang kehilangan penglihatannya saat baru berusia 3 tahun. Dari memijat ia mampu menghidupi diri dan juga ke-3 anaknya.
Awalnya bisa kepikiran untuk punya keahlian mijet, itu dari mana Bu ??
“Itu hanya minat ajah. Karena enggak ada lagi pilihan lain selain mijet yang cepet ke arah hasilnya itu.”
Dari penghasilannya mijit, berapa tahun, ber belas-belas tahun ini, lumayan enggak Bu ??
“Rata-rata yah, per bulan itu bisa sampai mencapai 3 juta.”
Berarti lumayan ya Bu ya ??
“Alhamdulillah.”
Menyekolahkan anak bisa ??
“Alhamdulillah. Tiga-tiga nya udah sekolah.”
Oh anaknya 3 udah sekolah
“Hasil dari kerja pijet itu.”

Pemijat tuna netra rata-rata berpenghasilan sekitar 3 hingga 5 juta rupiah setiap bulannya. Hari ini para tuna netra penyedia jasa tuna netra pijat ini mengembangkan ilmunya untuk menyiapkan diri dalam menyediakan jasa pijat berbasis aplikasi.
Perbaikan teknik dan standarisasi pun harus dilakukan karena mereka nantinya akan bersaing dengan para pemijat normal lainnya. Profesi yang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang namun mampu menjadi sebuah penghidupan bagi mereka yang memiliki keterbatasan pilihan.
Edi Karyadi, pemijat tradisional, “Alhamdulillah di Bandung udah 25 tahun, sekarang saya sudah kecil-kecil sudah rumah sendiri. Anak sekolah di SMA, yang besar udah umur 17 tahun, sekarang udah kelas 2 SMA. Yang kecil umur 5 tahun, udah TK.”
Jadi total penghasilan ??
“Ya, kira-kira 4 sampai 5 juta.”

Reza Zaelani, terapis refleksi, “Ya, dibanding dari keahlian yang dulu, di rumah makan ya dari segi pendapatan ya sekarang Alhamdulillah agak meningkat. Dan dari segi kerja ya enggak terlalu capek juga.”
Walaupun kerap menjadi profesi remeh oleh sebagian orang, namun nyatanya pekerjaan ini amat dicari dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. Dari sosok Onny Arifin Yuwono, saya sudah memahami arti sebuah perjuangan, membangun usaha dari bawah.

“Ini kepinginnya tadi, pijat Indonesia diakui sama dunia internasional. Kita punya pijet Bali yang bagus sekali, kita punya pijet Jawa juga, kita punya Cimande dan sebagainya. Kenapa enggak kita kembangkan.”
“Pijet Thailand aja terkenal di seluruh dunia. Tiap minggu ada ratusan orang dari seluruh dunia belajar pijet Thailand. Kenapa Indonesia enggak.”

Facebook: Pijat Profesional
                  Yumeiho Indonesia Foundation


Video:







Foto:

Tak pernah terpikir sebelumnya di benak Onny Arifin Yuwono untuk menjadi seorang tukang pijat. Demi menafkahi keluarga, ia menanti pelanggan sebelum matahari terbit hingga malam menjelang. Padahal Yuwono bergelar master di bidang ekonomi dan sempat bekerja di bidang pariwisata. Namun suatu alasan membuatnya alih profesi.
Onny Arifin Yuwono Akan Memproklamirkan Teknik Pijat Ala
Indonesia Ke Dunia Internasional

Tak pernah terpikir sebelumnya di benak Onny Arifin Yuwono untuk menjadi seorang tukang pijat. Demi menafkahi keluarga, ia menanti pelanggan sebelum matahari terbit hingga malam menjelang. Padahal Yuwono bergelar master di bidang ekonomi dan sempat bekerja di bidang pariwisata. Namun suatu alasan membuatnya alih profesi.
Onny Arifin Yuwono Akan Memproklamirkan Teknik Pijat Ala
Indonesia Ke Dunia Internasional

Tak pernah terpikir sebelumnya di benak Onny Arifin Yuwono untuk menjadi seorang tukang pijat. Demi menafkahi keluarga, ia menanti pelanggan sebelum matahari terbit hingga malam menjelang. Padahal Yuwono bergelar master di bidang ekonomi dan sempat bekerja di bidang pariwisata. Namun suatu alasan membuatnya alih profesi.
Onny Arifin Yuwono Akan Memproklamirkan Teknik Pijat Ala
Indonesia Ke Dunia Internasional

Tak pernah terpikir sebelumnya di benak Onny Arifin Yuwono untuk menjadi seorang tukang pijat. Demi menafkahi keluarga, ia menanti pelanggan sebelum matahari terbit hingga malam menjelang. Padahal Yuwono bergelar master di bidang ekonomi dan sempat bekerja di bidang pariwisata. Namun suatu alasan membuatnya alih profesi.
Onny Arifin Yuwono Akan Memproklamirkan Teknik Pijat Ala
Indonesia Ke Dunia Internasional

Tak pernah terpikir sebelumnya di benak Onny Arifin Yuwono untuk menjadi seorang tukang pijat. Demi menafkahi keluarga, ia menanti pelanggan sebelum matahari terbit hingga malam menjelang. Padahal Yuwono bergelar master di bidang ekonomi dan sempat bekerja di bidang pariwisata. Namun suatu alasan membuatnya alih profesi.
Onny Arifin Yuwono Akan Memproklamirkan Teknik Pijat Ala
Indonesia Ke Dunia Internasional

Tak pernah terpikir sebelumnya di benak Onny Arifin Yuwono untuk menjadi seorang tukang pijat. Demi menafkahi keluarga, ia menanti pelanggan sebelum matahari terbit hingga malam menjelang. Padahal Yuwono bergelar master di bidang ekonomi dan sempat bekerja di bidang pariwisata. Namun suatu alasan membuatnya alih profesi.
Onny Arifin Yuwono Akan Memproklamirkan Teknik Pijat Ala
Indonesia Ke Dunia Internasional

6 comments:

  1. pijat ala indonesia punay ciri khasnay ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keunggulan ini, salah satunya
      Yang jarang dimiliki oleh negara lain.
      Banyak orang saat ini menyebut keunggulan itu adalah Etno Wellness

      Delete
  2. Waw salut buat pak Onny yuwono yang sudah melestarikan budaya pijat indonesia ke mancanegara. Saya jadi yakin profesi apapun itu jika sesuatu yang positif pasti bernilai. Keren ya salut pokoknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah hirobbil alamin
      Sukses selalu Pak Arifin

      Delete
  3. Sangat di sayangkan , Bisnis omset jutaan seperti ini, kalau desain websitenya asal asalan, fitur ordernya membingungkan , cobalah pesan Jasa Desain Web Blog Murah satu ini.

    Desain Bagus , Ada tombol order langsung ke whatsapp , harga murah. Klik Saja >> Jasa Desain Web Blog Murah

    ReplyDelete
  4. Saya pernah tonton di metro tv,saya salut sama bapak Yuwono. Sering sambil mengajar di kelas saya sisipkan cerita sukses bapak.kata motivasi yang saya ucapkan " di tangan orang yang punya pendidikan tinggi pekerjaan yang kita pandang sebelah mata menjadi pekerjaan yang luar biasa"

    ReplyDelete

Labels

ABC News (1) ABRI (1) Aceh (1) Alat Musik (1) Amerika (1) Amerika Serikat (5) Ancol (1) Antara (2) Automo (1) Ayam (1) Bahan Bakar (1) Bakso Tahu (1) Bali (5) Bambu (1) Bandung (1) Banggai (1) Bangkrut (1) Banjir (2) Banten (1) Batagor (1) Bedah Editorial (2) Bekasi (1) Belanda (1) Belgia (1) Bencana (2) Bengkulu (1) Berau (2) Berburu (2) Berita Satu (2) Bisnis Online (9) Blitar (1) Blogspot (2) Bosnia (1) Boyolali (1) Budaya (6) Bukit (1) Buras (1) Burung (2) California (1) Chester Bennington (4) Ciamis (1) Cikarang (1) Cina (1) CNN Indonesia (12) Daily Mail (1) Dayak (1) Demo (1) Desa (7) Desa Blimbingsari (4) DPR (1) Drone (1) Ekosistem Laut (1) Eropa (1) Facebook (5) Garut (1) Gema Tanjung (1) Gempa (2) Gereja (2) Gereja Katedral (1) Go Food (1) Goa Lawa (1) GoJek (1) Google + (1) Grab (2) Gurita (8) Guru (1) HipCar (2) How to (1) Ikan (5) Ikan Kakap (1) Ikan Koi (1) Ikan Paus (3) Iklan (4) Indosiar (1) iNews (1) iNews TV (3) Inggris (1) Instagram (1) Jakarta (1) Jakarta Barat (1) Jakarta Utara (1) Jalak (2) Jalak Bali (1) Jawa (3) Jawa Barat (7) Jawa Tengah (5) Jawa Timur (15) Jember (1) Jepara (1) Junjung Biru (1) Kalimantan (5) Kalimantan Selatan (1) Kalimantan Tengah (1) Kalimantan Timur (3) Kalimantan Utara (1) Kampung Wisata (1) Karawang (1) Kaur (1) Kebumen (1) Kediri (1) Kemerdekaan (10) Kendaraan (5) Kendaraan Listrik (6) Kepulauan Selayar (3) Kerajinan (1) Kesenian (1) Kisah Hidup (1) Klaten (2) Kolaka (1) Kolonialisme (3) Kompas TV (10) Kompetisi (1) Konsumen (1) Kopi (1) Koran (2) Korea (1) Korea Selatan (1) Korea Utara (1) KPK (2) Kroasia (1) KTP elektronik (1) Kudus (1) Kuliner (3) Lamalera (2) Lebaran (1) Lembata (6) Linkin Park (4) Lion Air (1) Lippo Group (4) Liputan 6 (2) Listrik (3) Lombok (1) Los Angeles (1) Madiun (2) Madura (1) Malang (2) Malinau (1) Maluku (1) Maratua (2) Martapura (1) Meikarta (11) Melukis (1) Metro TV (34) MNCTV (2) Mobil (5) Mochtar Riady (3) Mogok (1) Monas (1) Motor (3) Museum (2) Musik (2) Muslim (1) Nabire (1) Nasi (2) Nasi Gegog (2) Natal (10) Net TV (16) Nugget (1) Nusa Tenggara Timur (8) NY Daily News (1) Nyonya Meneer (8) Onny Arifin Yuwono (2) Palangka Raya (1) Palembang (2) Pangandaran (2) PanMunJom (1) Pantai (3) Pantai Tamban (2) Papua (1) Pare-Pare (1) Pariwisata (4) Pasar (1) Pelabuhan Ulele (1) Pendidikan (1) Penerbangan (1) Pengemis (1) Pesawat (1) Pidato (1) Pisang (3) Pohon (1) Polandia (1) Polisi (2) Ponorogo (1) Pulau (2) Pulau Nasi (1) Purbalingga (1) Ragam Indonesia (2) Restoran (1) Robot (1) Samarinda (1) Sampah (1) Sariwangi (2) Sastra (1) SCTV (3) Sea World (1) Sejarah (5) Sekolah Dasar (1) Selokan (1) Semarang (1) Sepatu (1) Si Bolang (1) Sin City (1) Singapura (1) Solo (2) SPLU (6) Stockholm (1) Suku (1) Sulawesi (4) Sulawesi Selatan (4) Sulawesi Tengah (1) Sulawesi Tenggara (1) Sungai (1) Surabaya (2) Swedia (1) Tabanan (1) Tahu (1) Tahu Goreng (1) Taipei (1) Taiwan (1) Takabonerate (1) Taman Kanak-Kanak (1) Tangerang (1) Tanjung Papurna (1) Tegal (1) Telepon (1) Tempo (2) Timlo TV (1) Tradisi (2) Trans 7 (7) Trenggalek (1) Tsunami (2) Tukang Pijat (2) TV One (1) Twitter (1) Universitas Indonesia (1) VOA Indonesia (3) Waduk (1) Warung (1) Washington (1) Wawancara (4) Website (13) Yogyakarta (2) Zagreb (1)