Wednesday, October 10, 2018

Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang Pijat

Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat

Saya di olok-olok sama kakak saya. Karena “Kamu kan sudah S2, sudah pernah jadi direktur, kenapa jadi tukang pijat di Monas ? Apa kata orang, begitu. Apa kamu tidak malu ?“ Tukang pijat jalanan jadi pendiri sekolah. Orang-orang Jakarta.
Nama saya Onny Arifin Yuwono. Usia saya sekarang 45 tahun. Saya asal dari Madiun. Saya mijat di Monas dari tahun 2007. Saat itu saya lagi jatuh, terus saya berpikir ada enggak pekerjaan yang saya bisa bangkit lagi dengan modal dengkul. Modal dengkul artinya saya bisa apa, yang saya punya. Kebetulan saya mikirnya dengan pijat. Hanya modal ini (Jempol) bisa bangkit lagi enggak. Ternyata di prosesnya, saya bisa bangkit lagi, seperti itu.
Karena kalau dengan pijat kan kita bantu orang. Kita memberi, pasien menerima. Saya waktu itu pijat di Monas, tarif saya seikhlasnya. Saya ingat waktu itu pertama kali mijat dapat Rp. 25 ribu. Dan saya senang banget, karena duit saya waktu itu sedang habis. Sesen pun saya tidak punya.
Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatan saya dengan waktu kerja di kantor sama saja. Sebulan saya bisa pijat 100 pasien. Ya kurang lebih Rp. 3 juta-an. Pendidikan saya S1 Akuntansi, S2 Marketing. Saya diolok-olok sama kakak saya karena “Kamu kan sudah S2, sudah pernah jadi direktur, kenapa jadi tukang pijat di Monas ? Apa kata orang ? Apa kamu tidak malu ?”
Awalnya ada perasaan agak rada gengsi, tapi berjalannya waktu, saya malah nyaman karena pijat itu hobi saya. Terus, ternyata dengan S2 buat saya gak ada masalah sih. Yang penting pekerjaannya halal. Saya mikir pijat itu halal banget karena dengan pijat, kita keluar keringat, tenaga. Jadi apa yang kita dapat, yang kita makan, itu lebih enak dimakannya.
Terus dari 2007 itu, saya punya mimpi kepingin punya sekolah pijat. Berjalannya waktu, saya menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, saya bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Modalnya saya hanya punya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, uang yang sudah saya kumpulkan sen demi sen dari saya mijat tadi. Begitu terkumpul, saya ke Notaris, terus saya datang ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Saya tanya persyaratan, setelah saya penuhi persyaratan, saya bisa mendirikan sekolah pijat. Dari sekolah pijat itulah, saya bisa berbagi ilmu pijat. Alhamdulillah dari Medan sampai ke Sorong sudah saya ajarkan.
Dukungan itu dari saya sama istri. Waktu itu saya memang dalam kondisi bukan uangnya banyak. Kita duitnya pas-pasan, karena kita seorang tukang pijat. Kita hanya punya mimpi dengan harapan bisa mendirikan sekolah pijat. Kita bisa berbagi, dengan berbagi, memberi itu pasti menerima. Seperti itu aja. Jadi dukungan kita mandiri. Saya lakukan di Madiun waktu itu. Di Madiun, terus ke Jakarta. Kita ada tiga (sekolah pijat), di Jakarta, di Jababeka, di Madiun, sama di Kediri ada empat.
Jenis pijat yang saya ajarkan, ada pijat Thailand, itu fokusnya untuk relaksasi sama membetulkan tulang belakang. Ada pijat Jawa, itu untuk relaksasi biasanya. Ada juga pijat refleksi, itu pijat fokusnya ke daerah kaki, untuk mijat dari ujung kaki sampai ujung kepala, tapi fokusnya di kaki. Ada juga pijat Bali atau Jawa untuk relaksasi. Banyak sebenarnya, itu empat dari 10-30 jenis pijat. Cuman pemijatan yang populer bagi masyarakat tuh ada empat itu. Yang lain jarang. Ya kadang-kadang capek, jenuh juga. Tapi itu wajar maksud saya.
Tapi dengan saya ngajar keliling Indonesia sampai ke Hong Kong itu saya senang-senang saja sih. Karena saya kan pijat itu kan hobi bagi saya. Jadi saya merasa tidak bekerja. Jadi seperti main game saja, kayak main-main saja. Bagi saya, uang adalah alat tukar untuk mencari ilmu. Rumah dan sebagainya nantilah bisa dicari. Uangnya saya kumpulkan, dapat, lalu belajar lagi.
Memang uang belajarnya lumayan. Kayak kita ke Jepang, sekali berang itu belajarnya butuh Rp. 50-60 juta. Dan ternyat ilmu itu enggak ada habisnya. Karena hidup Cuma sekali buat saya jadi buat nomor satu sekalian. Kalau bisa belajar ke gurunya nomor satu di dunia. Dan Alhamdulillah itu tercapai. Saya belajar Yumeiho dari nomor satunya dunia dan saya bisa belajar. Saya bisa ke Thailand juga, guru nomor satunya dapat. Oh ternyata ini pengorbanan. Jadi yang kita korbankan dan yang kita dapat harus sesuai.

Prinsip saya, saya mau berbagi ilmu sebanyak-banyaknya ke teman-teman. Saya mau berbagi ilmu pijat yang berkualitas. Pijat ini standarnya internasional, kelas dunia. Makanya, saya belajar ke Thailand. Supaya apa ? Supaya terapis di Indonesia itu kualitasnya naik sama dengan standar internasional, sama dengan standar di Thailand.
Dengan berbagi ilmu itu, saya merasa berguna. Jadi saya merasa dihargai, saya merasa puas di situ. Makanya saya sering mengadakan pelatihan pijat gratis. Kayak Quantum Pijat Thailand untuk sakit pinggang. Saya sudah lakukan ke 17 kota dan itu gratis biayanya dan peserta lumayan, antara 30 sampai 40 orang.
Jadi dengan mereka melakukan pijat dengan baik, mereka akan bisa membantu banyak orang. Kalau saya sendiri tidak mampu. Dengan saya berbagi tadi, harapan saya banyak yang jadi murid saya dan mereka bagus. Dari mereka yang bagus, mereka bisa menerapi banyak orang.

Ini pakai teknik apa ?? “Teknik Yumeiho.”
Mukanya jadi cakep ya, kalau diginiin ya ?? “Ha ha ha ha.”

Bagi saya, pijat itu pekerjaan yang sangat mulia sekali. Kenapa ? Tugas dia adalah membantu atau merawat orang yang sakit dengan cara alami. Jadi teman-teman saya pesan, kalau jadi seorang terapis pijat, lakukan dengan niat membantu orang. Kalau anda cari uang, maaf, mungkin anda 1-2 bulan tidak akan jadi terapis pijat. Anda akan keluar. Tapi dengan Anda banyak membantu orang, jangan takut. Tuhan, Allah akan memberi rezeki dari jalan yang tidak kita sangka-sangka. Memberi pasti menerima. Itu saya alami dalam hidup saya.
Ke depannya kalau di Yumeiho, saya kepengin sampai ke dart lima. Dart lima itu selevel guru. Kan sekarang saya masih dart tiga. Kalau bisa lulus Oktober, Insya Allah dart empat. Dua tahun lagi dart lima. Disitulah final target saya.
Kalau bisa lulus Oktober, Insya Allah dart empat. Dua tahun lagi dart lima. Nah, di situlah final target saya. Kedua, saya mau belajar ke Thailand lagi. Saya mau jadi teacher internasional di pijat Thailand. Dengan jadi teacher internasional, nanti orang dari seluruh dunia bisa belajar pijat Thailand ke saya. Dengan sertifikat sama kurikulum dari Thailand. Jadi kita afiliasi.

Facebook: Pijat Profesional



Video:




Foto:



Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat

Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat

Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat

Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat

Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat

Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat

Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat

Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang
Pijat


Modal awal Pak Onny Arifin Yuwono hanya semangat dan mimpi saja. Jadi dari semangat dan mimpi itu, ia berhasil mengumpulkan uang dari sen demi sen. Ternyata dari pijat itu ternyata pendapatanya sama saja dengan waktu kerja di kantor sama. Sebulan ia bisa pijat 100 pasien dengan jumlah pendapatan kurang lebih sebesar Rp. 3 juta-an. Pendidikan nya S1 Akuntansi dan S2 Marketing. Terus dari 2007 itu, ia punya mimpi untuk memiliki sekolah pijat sendiri. Berjalannya waktu, ia menabung uang dari hasil pijat itu. Akhirnya di tahun 2010, ia bisa mendirikan sekolah pijat dengan dana yang mandiri.
Kisah Pak Onny Arifin Yuwono yang Sukses setelah jadi Tukang


No comments:

Post a Comment

Labels

ABC News (1) ABRI (1) Aceh (1) Alat Musik (1) Amerika (1) Amerika Serikat (5) Ancol (1) Antara (2) Automo (1) Ayam (1) Bahan Bakar (1) Bakso Tahu (1) Bali (5) Bambu (1) Bandung (1) Banggai (1) Bangkrut (1) Banjir (2) Banten (1) Batagor (1) Bedah Editorial (2) Bekasi (1) Belanda (1) Belgia (1) Bencana (2) Bengkulu (1) Berau (2) Berburu (2) Berita Satu (2) Bisnis Online (9) Blitar (1) Blogspot (2) Bosnia (1) Boyolali (1) Budaya (6) Bukit (1) Buras (1) Burung (2) California (1) Chester Bennington (4) Ciamis (1) Cikarang (1) Cina (1) CNN Indonesia (12) Daily Mail (1) Dayak (1) Demo (1) Desa (7) Desa Blimbingsari (4) DPR (1) Drone (1) Ekosistem Laut (1) Eropa (1) Facebook (5) Garut (1) Gema Tanjung (1) Gempa (2) Gereja (2) Gereja Katedral (1) Go Food (1) Goa Lawa (1) GoJek (1) Google + (1) Grab (2) Gurita (8) Guru (1) HipCar (2) How to (1) Ikan (5) Ikan Kakap (1) Ikan Koi (1) Ikan Paus (3) Iklan (4) Indosiar (1) iNews (1) iNews TV (3) Inggris (1) Instagram (1) Jakarta (1) Jakarta Barat (1) Jakarta Utara (1) Jalak (2) Jalak Bali (1) Jawa (3) Jawa Barat (7) Jawa Tengah (5) Jawa Timur (15) Jember (1) Jepara (1) Junjung Biru (1) Kalimantan (5) Kalimantan Selatan (1) Kalimantan Tengah (1) Kalimantan Timur (3) Kalimantan Utara (1) Kampung Wisata (1) Karawang (1) Kaur (1) Kebumen (1) Kediri (1) Kemerdekaan (10) Kendaraan (5) Kendaraan Listrik (6) Kepulauan Selayar (3) Kerajinan (1) Kesenian (1) Kisah Hidup (1) Klaten (2) Kolaka (1) Kolonialisme (3) Kompas TV (10) Kompetisi (1) Konsumen (1) Kopi (1) Koran (2) Korea (1) Korea Selatan (1) Korea Utara (1) KPK (2) Kroasia (1) KTP elektronik (1) Kudus (1) Kuliner (3) Lamalera (2) Lebaran (1) Lembata (6) Linkin Park (4) Lion Air (1) Lippo Group (4) Liputan 6 (2) Listrik (3) Lombok (1) Los Angeles (1) Madiun (2) Madura (1) Malang (2) Malinau (1) Maluku (1) Maratua (2) Martapura (1) Meikarta (11) Melukis (1) Metro TV (34) MNCTV (2) Mobil (5) Mochtar Riady (3) Mogok (1) Monas (1) Motor (3) Museum (2) Musik (2) Muslim (1) Nabire (1) Nasi (2) Nasi Gegog (2) Natal (10) Net TV (16) Nugget (1) Nusa Tenggara Timur (8) NY Daily News (1) Nyonya Meneer (8) Onny Arifin Yuwono (2) Palangka Raya (1) Palembang (2) Pangandaran (2) PanMunJom (1) Pantai (3) Pantai Tamban (2) Papua (1) Pare-Pare (1) Pariwisata (4) Pasar (1) Pelabuhan Ulele (1) Pendidikan (1) Penerbangan (1) Pengemis (1) Pesawat (1) Pidato (1) Pisang (3) Pohon (1) Polandia (1) Polisi (2) Ponorogo (1) Pulau (2) Pulau Nasi (1) Purbalingga (1) Ragam Indonesia (2) Restoran (1) Robot (1) Samarinda (1) Sampah (1) Sariwangi (2) Sastra (1) SCTV (3) Sea World (1) Sejarah (5) Sekolah Dasar (1) Selokan (1) Semarang (1) Sepatu (1) Si Bolang (1) Sin City (1) Singapura (1) Solo (2) SPLU (6) Stockholm (1) Suku (1) Sulawesi (4) Sulawesi Selatan (4) Sulawesi Tengah (1) Sulawesi Tenggara (1) Sungai (1) Surabaya (2) Swedia (1) Tabanan (1) Tahu (1) Tahu Goreng (1) Taipei (1) Taiwan (1) Takabonerate (1) Taman Kanak-Kanak (1) Tangerang (1) Tanjung Papurna (1) Tegal (1) Telepon (1) Tempo (2) Timlo TV (1) Tradisi (2) Trans 7 (7) Trenggalek (1) Tsunami (2) Tukang Pijat (2) TV One (1) Twitter (1) Universitas Indonesia (1) VOA Indonesia (3) Waduk (1) Warung (1) Washington (1) Wawancara (4) Website (13) Yogyakarta (2) Zagreb (1)