Selamat pagi sahabat
Langkah kaki seakan tak pernah lelah untuk melihat lebih dekat keindahan tiap sudut demi sudut yang diberikan oleh negeri ini. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang menyimpan segudang destinasi wisata yang sangat memanjakan mata. Rasanya begitu bangga menjadi salah satu bagian dari garis khatulistiwa.
Andesta Rosadi, reporter, “Berbicara tentang Indonesia Timur memang tidak diragukan lagi. Nah kali ini saya akan mengajak anda melihat salah satu keindahan kabupaten yang dimiliki oleh propinsi Nusa Tenggara Timur. Sahabat Ragam, selamat datang di kabupaten Lembata.”
Kabupaten Lembata adalah 1 nama dari gugusan kepulauan di propinsi Nusa Tenggara Timur. Banyak cerita yang mengisahkan keindahan pulau ini. Dibalut dengan topografi alam khas timur Indonesia, menjadikan alam Lembata begitu luar biasa.
Sahabat, sebelum diresmikan dengan nama Lembata pada tahun 1967, kabupaten ini dikenal dengan nama pulau Lomblen. Lembata yang terus berbenah untuk menunjukkan segala potensinya memang menyimpan kekayaan yang tersembunyi. Hal ini lah yang menjadi alasan saya untuk bisa menjejakkan kaki dan melihat langsung keindahan alam yang dimiliki Lembata.
Untuk bisa mencapai kabupaten Lembata, titik awal penerbangan saya dimulai dari bandara El Tarik, Kupang menuju bandara Wunopito Lewoleba di kabupaten Lembata. Terletak di ujung timur pulau Flores, kehidupan masyarakat Lembata masih sangat kental akan budaya. Pulau seluas 1,2 km persegi ini menjadi penyumbang keindahan yang tak terbantahkan di propinsi Nusa Tenggara Timur.
Penasaran ?? Apa saja yang bisa kita temukan di Lembata. . . . Mari berpetualang bersama Ragam Indonesia
Desa Adat Lawohala
Sahabat, destinasi pertama saya di Lembata terletak di kaki gunung Ile Lewotolok. Menurut informasi yang saya dapat, disana terdapat desa adat unik yang bernama lawohala. Dalam perjalanan, sajian alam yang diberikan Lembata begitu tampak memukau.
Gurat aura menyala diikuti vegetasi flora yang gersang menjadi pembuka wisata yang manis. Tiba di kampung adat Lawohala, saya diajak oleh masyarakat sekitar. Untuk melihat lebih dekat, sejumlah rumah tradisional yang masih bertahan ada sekitar 77 rumah dengan nama marga berbeda. Kampung Lawohala memiliki komunitas asli untuk komunitas Lowolei dan komunitas Lowoweran.
Jika dilihat kampung Lawohala sangat sepi. Hal ini dikarenakan masyarakat Lawohala sudah membuat pemukiman sendiri yang berada tak jauh dari Lawohala. Namun kali ini saya beruntung, karena bisa berjumpa salah satu pemilik rumah di kampung adat Lawohala. Secara konstruksi rumah adat Lawohala dibuat dengan memanfaatkan hasil alam. Mulai dari kayu, bambu, hingga daun alang-alang.
Desa Jontona
Dari kampung Lawohala saya memutuskan untuk berkunjung ke salah satu desa yang seluruh masyarakatnya berasal dari Lawohala. Yaitu desa Jontona. Desa Jontona terletak di kecamatan ili Ape timur, kabupaten Lembata. Posisi desa ini yaitu hanya sekitar 20 km saja dari kampung adat Lawohala.
Disini saya disambut oleh tarian perang yang menjadi salah satu identitas budaya kabupaten Lembata. Diiringi musik khas dengan gerakan cukup atraktif, penari memainkan gerakan demi gerakan tari perang dengan sangat memukau. Tarian perang adalah sebuah seni tari yang menggambarkan semangat jiwa kesatria saat melawan musuh di tanah Lombele.
Kini tarian ini tidak hanya dimainkan saat acara tertentu saja, namun dilakukan dalam berbagai acara. Mulai dari menyambut tamu, hingga pesta pernikahan. Tari perang sendiri terdiri dari sejumlah penari pria dan wanita. Diiringi musik khas lembata, penari dituntut mengikuti alunan nada dengan beberapa gerakan dasar.
Penari perempuan tampak anggun dengan kenome tena di kepala. Sedangkan penari pria nampak gagah dengan pedang dan dubei.
Andesta Rosadi, reporter,
“Boleh langsung ikutan menari ??”
Boleh.
“Ini dipasang bisa ya ??”
Dipasang.
Dalam tarian perang, penari pria melakukan gerakan seolah akan berkelahi. Sedangkan penari wanita bertugas untuk melerai agar tidak terjadi perkelahian. Tarian perang sarat akan makna yang menggunakan tarian disesuaikan adat istiadat yang ada.
Andesta Rosadi, reporter, “Tarian perang ini secara gerakan memang sangat atraktif. Ini melambangkan jiwa kesatria saat melawan musuh, jadi harus semangat.”
Saat ini tari perang tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja. Juga anak-anak pun sudah diperkenalkan dengan gerakan-gerakan dasar tarian ini. Tentu hal ini bertujuan agar budaya lembata terus ada untuk bisa dinikmati hingga nanti.
Video:
Foto:
Kekayaan Lembata yang dikenal dulunya dengan nama Pulau
Lomblen |
Kekayaan Lembata yang dikenal dulunya dengan nama Pulau
Lomblen |
Kekayaan Lembata yang dikenal dulunya dengan nama Pulau
Lomblen |
makasih sharingnya, sangat mneikmati
ReplyDeleteTerima kasih sama-sama, Mbak Tira
Delete