Sunday, January 6, 2019

Waspada Bencana Sepanjang Waktu

Fakta di lapangan memperlihatkan terlampau banyak bangunan yang dibiarkan bebas menjorok ke laut sesuai dengan selera pasar.

Faktor penyebab longsor bawah laut dipicu erupsi gunung anak krakatau & gelombang pasang akibat bulan purnama. Kebencanaan nyata didepan mata dan bisa terjadi kapan saja.

Belum lama ini duka pilu melanda Lombok dan palu akibat gempa bumi yang disertai tsunami, kemudian likuifaksi. Duka kembali datang bersamaan tsunami melanda pesisir Banten dan Lampung.

Gelombang laut yang melanda pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu 22 Desember malam dipastikan sebagai gelombang tsunami, tetapi penyebabnya masih didalami. Dugaan kuat ialah tsunami kali ini akibat runtuhnya sisi tubuh Anak Krakatau, bukan karena gempa bumi.

Badan meteorologi, klimatologi dan geofisika atau BMKG pada mulanya menyebut air laut naik dengan kencang di pesisir Banten dan Lampung itu sebagai gelombang pasang biasa. Apalagi saat itu sedang bulan purnama yang menyebabkan permukaan air laut naik. Tidak lama berselang BMKG merevisinya dengan menyebut bahwa telah terjadi tsunami yang menerjang beberapa wilayah pantai selat Sunda diantaranya pantai di kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan.

Tsunami lagi-lagi menelan korban jiwa dan memorakporandakan rumah dan bangunan. Kita berduka untuk itu. Presiden Joko Widodo yang pada saat kejadian berada di kabupaten Tanah Toraja, Sulawesi Selatan juga menyampaikan ucapan duka cita. Presiden langsung memerintahkan Kepala Badan Nasional penanggulangan bencana atau BNPB, Menteri Sosial, Panglima TNI dan jajaran terkait lainnya untuk bersegera melakukan penanganan darurat sekaligus mendata kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan.

Tindakan Presiden patut diapresiasi karena hal itu memperlihatkan negara hadir setiap rakyat membutuhkan. Jauh lebih penting lagi ialah terus menerus membangun kesadaran masyarakat akan kebencanaan nyata didepan mata dan bisa terjadi kapan saja. Jangan pernah lengah sedikitpun, mitigasi bencana menjadi kunci kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Sayangnya harus jujur diakui, mitigasi bencana di Indonesia masih rendah. Kesadaran akan mitigasi bencana selalu muncul setelah bencana datang. Saatnya menjauhkan sikap reaktif, yang dibutuhkan itu sikap antisipatif.

Bencana ialah keniscayaan. Negara super kuasa sekalipun tak berdaya untuk mengontrol alam yang berpotensi memicu bencana. Namun negara punya otoritas penuh untuk membuat serangkaian kebijakan agar menekan dampak bencana serendah mungkin.

Sebagian kebijakan negara diwujudkan dalam bentuk pembangunan yang mempertimbangkan risiko bencana di suatu wilayah. Sebagian lagi diwujudkan dengan pembiasaan setiap orang melalui pendidikan dan pelatihan rutin terhadap risiko bencana. Kebijakan pembangunan di pesisir pantai surplus tapi konsistensi pelaksanaannya, minus. Baik undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil maupun Peraturan Presiden nomor 51 tahun 2016 tentang batas sempadan pantai sudah menetapkan batas sempadan pantai 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah barat.

Fakta di lapangan memperlihatkan terlampau banyak bangunan yang dibiarkan bebas menjorok ke laut sesuai dengan selera pasar. Mestinya pemerintah daerah membuka sebuah bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan di pesisir pantai. Terkait dengan pembiasaan setiap orang melalui pendidikan dan pelatihan rutin terhadap risiko bencana, BNPB ataupun Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan.

Slogan atau ajakan mitigasi bencana bisa ditampilkan di wilayah sekolah agar siswa lebih terpapar oleh ajakan tersebut. UPaya penyuluhan mitigasi bencana jauh lebih efektif jika secara sadar dimasukan ke dalam kurikulum pembelajaran. Terus terang, lemahnya pengetahuan masyarakat dalam upaya penyelamatan saat terjadi bencana sangat berpengaruh terhadap banyaknya korban yang tidak selamat. Karena itu, perlunya dilakukan literasi bencana dengan mengangkat kearifan lokal agar masyarakat lebih siap dalam merespon bencana.

Termasuk dalam kearifan lokal misalnya. Setiap orang mendatangi kawasan wisata perlu diberi informasi bagaimana cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana. Juga masyarakat perlu di edukasi untuk tidak menyebarkan berita bohong seperti halnya tsunami susulan yang membuat panik.

Bencana itu ibaratnya maling, tidak tahu kapan waktunya mencuri. Karena itulah pemilik rumah selalu bersiaga. Kita pun tak akan pernah tahu kapan persisnya bencana itu datang. Yang dibutuhkan ialah masyarakat waspada sepanjang waktu.


Video:





Foto:


Fakta di lapangan memperlihatkan terlampau banyak bangunan yang dibiarkan bebas menjorok ke laut sesuai dengan selera pasar.

Fakta di lapangan memperlihatkan terlampau banyak bangunan yang dibiarkan bebas menjorok ke laut sesuai dengan selera pasar.

Fakta di lapangan memperlihatkan terlampau banyak bangunan yang dibiarkan bebas menjorok ke laut sesuai dengan selera pasar.

Fakta di lapangan memperlihatkan terlampau banyak bangunan yang dibiarkan bebas menjorok ke laut sesuai dengan selera pasar.

Fakta di lapangan memperlihatkan terlampau banyak bangunan yang dibiarkan bebas menjorok ke laut sesuai dengan selera pasar.

Fakta di lapangan memperlihatkan terlampau banyak bangunan yang dibiarkan bebas menjorok ke laut sesuai dengan selera pasar.



No comments:

Post a Comment

Labels

ABC News (1) ABRI (1) Aceh (1) Alat Musik (1) Amerika (1) Amerika Serikat (5) Ancol (1) Antara (2) Automo (1) Ayam (1) Bahan Bakar (1) Bakso Tahu (1) Bali (5) Bambu (1) Bandung (1) Banggai (1) Bangkrut (1) Banjir (2) Banten (1) Batagor (1) Bedah Editorial (2) Bekasi (1) Belanda (1) Belgia (1) Bencana (2) Bengkulu (1) Berau (2) Berburu (2) Berita Satu (2) Bisnis Online (9) Blitar (1) Blogspot (2) Bosnia (1) Boyolali (1) Budaya (6) Bukit (1) Buras (1) Burung (2) California (1) Chester Bennington (4) Ciamis (1) Cikarang (1) Cina (1) CNN Indonesia (12) Daily Mail (1) Dayak (1) Demo (1) Desa (7) Desa Blimbingsari (4) DPR (1) Drone (1) Ekosistem Laut (1) Eropa (1) Facebook (5) Garut (1) Gema Tanjung (1) Gempa (2) Gereja (2) Gereja Katedral (1) Go Food (1) Goa Lawa (1) GoJek (1) Google + (1) Grab (2) Gurita (8) Guru (1) HipCar (2) How to (1) Ikan (5) Ikan Kakap (1) Ikan Koi (1) Ikan Paus (3) Iklan (4) Indosiar (1) iNews (1) iNews TV (3) Inggris (1) Instagram (1) Jakarta (1) Jakarta Barat (1) Jakarta Utara (1) Jalak (2) Jalak Bali (1) Jawa (3) Jawa Barat (7) Jawa Tengah (5) Jawa Timur (15) Jember (1) Jepara (1) Junjung Biru (1) Kalimantan (5) Kalimantan Selatan (1) Kalimantan Tengah (1) Kalimantan Timur (3) Kalimantan Utara (1) Kampung Wisata (1) Karawang (1) Kaur (1) Kebumen (1) Kediri (1) Kemerdekaan (10) Kendaraan (5) Kendaraan Listrik (6) Kepulauan Selayar (3) Kerajinan (1) Kesenian (1) Kisah Hidup (1) Klaten (2) Kolaka (1) Kolonialisme (3) Kompas TV (10) Kompetisi (1) Konsumen (1) Kopi (1) Koran (2) Korea (1) Korea Selatan (1) Korea Utara (1) KPK (2) Kroasia (1) KTP elektronik (1) Kudus (1) Kuliner (3) Lamalera (2) Lebaran (1) Lembata (6) Linkin Park (4) Lion Air (1) Lippo Group (4) Liputan 6 (2) Listrik (3) Lombok (1) Los Angeles (1) Madiun (2) Madura (1) Malang (2) Malinau (1) Maluku (1) Maratua (2) Martapura (1) Meikarta (11) Melukis (1) Metro TV (34) MNCTV (2) Mobil (5) Mochtar Riady (3) Mogok (1) Monas (1) Motor (3) Museum (2) Musik (2) Muslim (1) Nabire (1) Nasi (2) Nasi Gegog (2) Natal (10) Net TV (16) Nugget (1) Nusa Tenggara Timur (8) NY Daily News (1) Nyonya Meneer (8) Onny Arifin Yuwono (2) Palangka Raya (1) Palembang (2) Pangandaran (2) PanMunJom (1) Pantai (3) Pantai Tamban (2) Papua (1) Pare-Pare (1) Pariwisata (4) Pasar (1) Pelabuhan Ulele (1) Pendidikan (1) Penerbangan (1) Pengemis (1) Pesawat (1) Pidato (1) Pisang (3) Pohon (1) Polandia (1) Polisi (2) Ponorogo (1) Pulau (2) Pulau Nasi (1) Purbalingga (1) Ragam Indonesia (2) Restoran (1) Robot (1) Samarinda (1) Sampah (1) Sariwangi (2) Sastra (1) SCTV (3) Sea World (1) Sejarah (5) Sekolah Dasar (1) Selokan (1) Semarang (1) Sepatu (1) Si Bolang (1) Sin City (1) Singapura (1) Solo (2) SPLU (6) Stockholm (1) Suku (1) Sulawesi (4) Sulawesi Selatan (4) Sulawesi Tengah (1) Sulawesi Tenggara (1) Sungai (1) Surabaya (2) Swedia (1) Tabanan (1) Tahu (1) Tahu Goreng (1) Taipei (1) Taiwan (1) Takabonerate (1) Taman Kanak-Kanak (1) Tangerang (1) Tanjung Papurna (1) Tegal (1) Telepon (1) Tempo (2) Timlo TV (1) Tradisi (2) Trans 7 (7) Trenggalek (1) Tsunami (2) Tukang Pijat (2) TV One (1) Twitter (1) Universitas Indonesia (1) VOA Indonesia (3) Waduk (1) Warung (1) Washington (1) Wawancara (4) Website (13) Yogyakarta (2) Zagreb (1)