Sunday, December 23, 2018

Era Kolonialisme Di Indonesia (1)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (1)

Wilayah nusantara yang kaya akan berbagai sumber daya alam sejak ratusan tahun lalu telah menarik minat banyak bangsa dan kelompok-kelompok kepentingan asing untuk mencari untung di wilayah nusantara.

Pada sepanjang pertengahan abad ke-16 hingga paruh akhir abad ke-18, VOC atau persekutuan dagang Belanda secara bertahap bahkan berhasil menguasai satu persatu wilayah di nusantara dan menjajah sebagian wilayah nusantara dengan bertindak layaknya sebuah negara.

Masa penjajahan VOC atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau maskapai dagang Belanda atas sejumlah wilayah nusantara terjadi saat bangsa Belanda Tengah mencapai zaman keemasan. Zaman tatkala armada-armada dagang Belanda menguasai jalur perdagangan yang membentang dari Tanjung Harapan di Afrika sampai Pulau Desima, Jepang dan wilayah nusantara di Asia.

Kelahiran VOC dilatarbelakangi semangat zaman untuk menjelajah di kalangan orang Belanda. Seiring tumbuhnya minat menemukan sumber rempah-rempah yang dihargai sangat tinggi di pasaran Eropa, sejumlah kamar dagang yang terbentuk di berbagai kota di Belanda berlomba-lomba membiayai ekspedisi untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah. Pada masa ini delegasi dagang Belanda pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman berhasil tiba di Banten pada 23 Juni 1595.

Mona Lohanda, sejarawan
“Ketika mereka sampai di Banten, mereka kan dalam perjalanan ke Ambon. Ke Maluku mencari rempah-rempah. Nah jadi mereka mulai settle di Maluku tahun 1605 di Ambon di Pulau Itu-Itu. Sebetulnya jaman itu mereka itu banyak kompetisi ya. Kompetisi maskapai dagang Eropa enggak cuma Portugis, Spanyol sudah menyingkir ke Filipina.  Portugis lama-lama juga menyingkir akhirnya, dia lebih konsentrasi ke India. Karena Malaka lalu diduduki Belanda. Tapi dengan Inggris. Inggris itu keras persaingannya.”

Untuk menghadapi persaingan dengan kongsi-kongsi dagang dari Portugis, Spanyol, dan Inggris, sejumlah kamar dagang yang ada di Belanda sepakat menyatukan diri dan membentuk VOC atau persekutuan dagang Belanda.

Artikel terkait:
Era Kolonialisme Di Indonesia (2)
Era Kolonialisme Di Indonesia (3)

Mona Lohanda, sejarawan
“Sebelum VOC terbentuk, itu kapal-kapal Belanda udah banyak ke sini. Dan itu, yang oleh dalam sejarah VOC disebut juga for company sebelum sebelum kompeni ya, atau disebut Wildevaren. Jadi pelayaran masih liar, jalan sendiri-sendiri, karena itu persaingan yang banyak dari sekian Kamar Dagang itu mereka kirim kapal untuk cari rempah-rempah karena katanya keuntungannya luar biasa besar, mereka jadi berani mati lah. Perjalanan 6 bulan, balik gituh baru setahun kadang-kadang bisa balik. Tapi karena keuntungan besar menjual rempah-rempah jadi mereka benar-benar berani gitu ya. Nah itu Persaingan di galangan kapal-kapal perusahaan dagang Belanda sendiri besar. Akhirnya pemimpinnya Raja Belanda mengutus. “Kenapa kalian nggak membuat kongsi gitu ya.” Makanya disebut vereenigde united itu kan. Baru, sebetulnya katanya udah lama itu nggak ditanggapin. Akhirnya terasa juga persaingan nggak sehat bikin.  Jadi VOC itu terdiri dari 6 kamar dagang yang suka ngirim kapal itu.”

Sebagai persekutuan kongsi dagang, pemerintah kerajaan Belanda memberi VOC hak oktroi atau hak untuk memonopoli izin perdagangan di wilayah Hindia Timur dan melarang kamar-kamar dagang di Belanda yang tidak tergabung dalam VOC untuk melakukan hal yang sama. Hak oktroi yang diterima VOC dari kerajaan Belanda juga memberi VOC keistimewaan-keistimewaan lain. Seperti hak memiliki armada militer sendiri, termasuk mempersenjatai personel dan kapal-kapal mereka. Hak atau ijin untuk memiliki mata uang sendiri guna menjalankan aktivitas perdagangan.

Dengan hak Oktroi, VOC juga mengantongi izin membangun benteng-benteng, mengerahkan serdadu, mengikat perjanjian dengan raja-raja dan mengangkat hakim-hakim. Karena kekuasaannya yang mirip negara itu, VOC kerap disebut sebagai negara dalam negara.

Bondan Kanumoyoso, sejarawan
“Hak ini begitu menyeluruh ya. Sehingga bisa dikatakan VOC dapat bertindak seperti sebuah negara. Dan karena itu di dalam sejarah Indonesia selalu ada gambaran seolah-olah VOC ini adalah seperti Belanda. Padahal ini 2 hal yang berbeda. Yang satu adalah pemerintahan suatu negara, yang lainnya adalah sebuah maskapai dagang sebetulnya.”

Mona Lohanda, sejarawan
“VOC itu kan sebetulnya cuman  perusahaan dagang. Kenapa bisa menjajah ?? Karena hak itu yang dia miliki, yang diberikan oleh kerajaan Belanda kepada dia dan dia punya wilayah yang disebut oktroi hebit. Wilayah oktroi itu, mulai dari Afrika Selatan, Tanjung Pengharapan Baik sampai Desima di Jepang. Dia punya pos dagang di Desima, mangkanya zaman VOC banyak orang Jepang juga ke sini. Jadi ceritanya macam-macam nanti.”

Dalam lintasan sejarah, aksi VOC yang lebih ekspansif untuk menguasai jalur perdagangan rempah di wilayah nusantara dimulai tahun 1609 ketika Laksamana pieterszoon verhoeven bersama 13 kapal ekspedisi yang dipimpin nya mendarat di Kepulauan Banda. Meski sempat membangun benteng Nassau, di pulau Neira upaya VOC merebut monopoli perdagangan cengkeh dan pala di Kepulauan Banda gagal dilakukan karena mendapat perlawanan dari rakyat setempat. Rakyat Banda yang lebih suka berdagang dengan maskapai dagang Inggris dalam salah satu insiden bahkan berhasil menjebak verhoeven dan membunuh pemimpin Armada VOC ini.

Upaya VOC menancapkan kekuasaan dagang di wilayah nusantara baru mendapat jalan lapang setelah Jan Pieterszoon Coen berhasil merebut kota Jayakarta pada tahun 1619 atau setahun setelah ia terpilih sebagai Gubernur Jenderal VOC. Di lokasi reruntuhan bekas ibukota kerajaan Islam ini, JP Coen kemudian mendirikan Kota Baru bernama Batavia yang selama hampir 200 tahun kemudian menjadi pusat kekuasaan VOC di luar Belanda.

Bondan Kanumoyoso, sejarawan
“Ketika itu Batavia itu letaknya sedemikian strategis karena dia ada sebetulnya di tengah-tengah di antara 2 sayap perdagangan rempah-rempah di nusantara. Sayap Barat itu adalah perdagangan lada itu ada di Sumatera dan di Banten dan juga di sebagian selatan kalimantan. Sedangkan di sayap Timur, itu adalah cengkeh dan pala. Dari perspektif itu tempat yang paling strategis untuk mengelola semua kepentingan perdagangan rempah-rempah itu adalah di Batavia. Pilihan pada Batavia juga disebabkan karena kota ini terletak di dekat Selat Sunda. Selat Sunda itu adalah pintu masuk ke laut Jawa.”

Meski sejatinya merupakan sebuah kongsi dagang bagi masyarakat nusantara, VOC Tak ubahnya sebuah negara yang punya pemerintahan dan sangat berkuasa. Dengan soliditas organisasi, kekuatan uang dan Angkatan Perang-nya yang berisi tentara-tentara bayaran, VOC berhasil mencaplok satu-persatu wilayah di nusantara hingga menjadi wilayah kekuasaannya.

Selanjutnya:
Jadi dalam rangka untuk menegakkan monopoli perdagangan rempah-rempah, VOC tidak hanya mengikat kontrak. Tapi juga berusaha untuk menaklukkan wilayah-wilayah tertentu yang dianggap memang harus ditaklukan.


Video:





Foto:


Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)

Perusahaan dagang Belanda atau sering disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) telah menjadi kekuatan utama pada perdagangan di kawasan Asia sejak awal tahun 1600-an. Namun akibat masalah korupsi, manajemen yang buruk dan persaingan ketat dari sesama negara penjajah mengakibatkan runtuhnya VOC menjelang akhir abad ke-18.
Era Kolonialisme Di Indonesia (01)




No comments:

Post a Comment

Labels

ABC News (1) ABRI (1) Aceh (1) Alat Musik (1) Amerika (1) Amerika Serikat (5) Ancol (1) Antara (2) Automo (1) Ayam (1) Bahan Bakar (1) Bakso Tahu (1) Bali (5) Bambu (1) Bandung (1) Banggai (1) Bangkrut (1) Banjir (2) Banten (1) Batagor (1) Bedah Editorial (2) Bekasi (1) Belanda (1) Belgia (1) Bencana (2) Bengkulu (1) Berau (2) Berburu (2) Berita Satu (2) Bisnis Online (9) Blitar (1) Blogspot (2) Bosnia (1) Boyolali (1) Budaya (6) Bukit (1) Buras (1) Burung (2) California (1) Chester Bennington (4) Ciamis (1) Cikarang (1) Cina (1) CNN Indonesia (12) Daily Mail (1) Dayak (1) Demo (1) Desa (7) Desa Blimbingsari (4) DPR (1) Drone (1) Ekosistem Laut (1) Eropa (1) Facebook (5) Garut (1) Gema Tanjung (1) Gempa (2) Gereja (2) Gereja Katedral (1) Go Food (1) Goa Lawa (1) GoJek (1) Google + (1) Grab (2) Gurita (8) Guru (1) HipCar (2) How to (1) Ikan (5) Ikan Kakap (1) Ikan Koi (1) Ikan Paus (3) Iklan (4) Indosiar (1) iNews (1) iNews TV (3) Inggris (1) Instagram (1) Jakarta (1) Jakarta Barat (1) Jakarta Utara (1) Jalak (2) Jalak Bali (1) Jawa (3) Jawa Barat (7) Jawa Tengah (5) Jawa Timur (15) Jember (1) Jepara (1) Junjung Biru (1) Kalimantan (5) Kalimantan Selatan (1) Kalimantan Tengah (1) Kalimantan Timur (3) Kalimantan Utara (1) Kampung Wisata (1) Karawang (1) Kaur (1) Kebumen (1) Kediri (1) Kemerdekaan (10) Kendaraan (5) Kendaraan Listrik (6) Kepulauan Selayar (3) Kerajinan (1) Kesenian (1) Kisah Hidup (1) Klaten (2) Kolaka (1) Kolonialisme (3) Kompas TV (10) Kompetisi (1) Konsumen (1) Kopi (1) Koran (2) Korea (1) Korea Selatan (1) Korea Utara (1) KPK (2) Kroasia (1) KTP elektronik (1) Kudus (1) Kuliner (3) Lamalera (2) Lebaran (1) Lembata (6) Linkin Park (4) Lion Air (1) Lippo Group (4) Liputan 6 (2) Listrik (3) Lombok (1) Los Angeles (1) Madiun (2) Madura (1) Malang (2) Malinau (1) Maluku (1) Maratua (2) Martapura (1) Meikarta (11) Melukis (1) Metro TV (34) MNCTV (2) Mobil (5) Mochtar Riady (3) Mogok (1) Monas (1) Motor (3) Museum (2) Musik (2) Muslim (1) Nabire (1) Nasi (2) Nasi Gegog (2) Natal (10) Net TV (16) Nugget (1) Nusa Tenggara Timur (8) NY Daily News (1) Nyonya Meneer (8) Onny Arifin Yuwono (2) Palangka Raya (1) Palembang (2) Pangandaran (2) PanMunJom (1) Pantai (3) Pantai Tamban (2) Papua (1) Pare-Pare (1) Pariwisata (4) Pasar (1) Pelabuhan Ulele (1) Pendidikan (1) Penerbangan (1) Pengemis (1) Pesawat (1) Pidato (1) Pisang (3) Pohon (1) Polandia (1) Polisi (2) Ponorogo (1) Pulau (2) Pulau Nasi (1) Purbalingga (1) Ragam Indonesia (2) Restoran (1) Robot (1) Samarinda (1) Sampah (1) Sariwangi (2) Sastra (1) SCTV (3) Sea World (1) Sejarah (5) Sekolah Dasar (1) Selokan (1) Semarang (1) Sepatu (1) Si Bolang (1) Sin City (1) Singapura (1) Solo (2) SPLU (6) Stockholm (1) Suku (1) Sulawesi (4) Sulawesi Selatan (4) Sulawesi Tengah (1) Sulawesi Tenggara (1) Sungai (1) Surabaya (2) Swedia (1) Tabanan (1) Tahu (1) Tahu Goreng (1) Taipei (1) Taiwan (1) Takabonerate (1) Taman Kanak-Kanak (1) Tangerang (1) Tanjung Papurna (1) Tegal (1) Telepon (1) Tempo (2) Timlo TV (1) Tradisi (2) Trans 7 (7) Trenggalek (1) Tsunami (2) Tukang Pijat (2) TV One (1) Twitter (1) Universitas Indonesia (1) VOA Indonesia (3) Waduk (1) Warung (1) Washington (1) Wawancara (4) Website (13) Yogyakarta (2) Zagreb (1)