Ya lantas, sebesar apa peluangnya kelak ?? Berikut ensiklo masa depan.
Perkembangan dunia teknologi informasi di Indonesia memunculkan trend baru. Bisnis online atau e-commerce, beragam barang dan jasa ditawarkan melalui jejaring sosial seperti Instagram, facebook maupun Twitter. Pembeli dan penjual terkoneksi secara Maya untuk kemudian bertransaksi. Mudah dan cepat.
Hanya dengan mengklik di gadget ataupun di komputer barang yang kita inginkan, kemudian membayarnya melalui translator atau kartu kredit, kita sudah bisa mendapatkan barang incaran tanpa harus susah payah mendatangi gerainya.
Hal ini yang mendorong Sofian Arjanggi memutuskan menggeluti bisnis online. Dibantu 2 rekannya, sejak tahun 2011 Sofian merintis usaha berjualan kacamata secara online. Sadar akan ketatnya persaingan di dunia penjualan online, Sofian mengusung konsep unik. Kacamata yang dijual merupakan buatan tangan dan dibuat dari bahan daur ulang bekas papan skateboard. Sehingga jumlahnya hanya ada sedikit dan masing-masing produk memiliki sejarahnya sendiri. Untuk setiap kacamata dijual seharga 1,5 juta rupiah. Membidik segmen pasar yang luas, Sofian yakin dengan pilihannya berbisnis online.
Sofian Arjanggi, pemilik kabau,
"Semua proses brainstorming, gimana caranya untuk menciptakan sebuah image yang ber-impact besar di anak muda. Menyebar luaskan produk kita via sosial media itu ber-impact besar karena kita tidak membatasi diri untuk hanya berjualan di Indonesia saja."
Sofian adalah salah satu dari sekian pengusaha yang bergelut di bisnis penjualan secara online. Potensi pasar di dunia maya yang sangat besar menjadi salah satu daya tarik bisnis online. Pada pertengahan tahun 2015, pengguna internet aktif sekitar 3,2 Miliar.
Artikel yang berhubungan:
Tren Bisnis Online Di Indonesia Berkiblat Pada Silicon Valley 01
Tren Bisnis Online Di Indonesia Berkiblat Pada Silicon Valley 02
Tren Bisnis Online Di Indonesia Berkiblat Pada Silicon Valley 03
Untuk Indonesia, Google dan TNS Australia mencatat ada sekitar 93 juta pengguna internet pada tahun 2015. Tak hanya itu, pemerintah memprediksi nilai transaksi di dunia maya akan mencapai 4,89 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan 66 Triliun Rupiah di tahun 2016. Dan pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 130 miliar dolar Amerika atau setara dengan 1,7 kuadriliun rupiah. Sebuah angka yang sangat menggiurkan.
Achmad Zaky, praktisi Bisnis Online,
"Di sisi lain dari sisi consumer menurut saya juga banyak yang di tangannya itu sudah connect internet ini dan menurut saya ini trend yang sangat baik. Dan perlu diingat Mbak, ini masih permulaan menurut saya. Jadi 5 tahun ke depan saya bisa membayangkan internet akan jadi jauh lebih mainstream, jauh lebih masif lagi. Mayoritas masyarakat Indonesia akan connect to internet dalam 5 tahun mendatang."
Namun potensi dan pangsa pasar sedemikian besar juga diiringi dengan berbagai ancaman. Salah satunya persaingan antara penjual untuk memasarkan produk yang sejenis.
"Tantangannya gini Pak, mungkin tantangannya gini. Online ini kan atau internet ini kan memberikan kesempatan ke semua orang. Orang yang tadinya, apa, untuk bisnis itu harus membutuhkan modal, tempat yang bagus, strategis. Hari ini dengan adanya internet itu hampir tidak ada lagi sekat-sekat geografis, sekat-sekat ekonomi. Orang yang gak punya modal pun juga bisa jualan online. Karena kan yang dibutuhkan hanya gambar, pelayanan yang berkualitas, seperti itu. Jadi menurut saya, kunci dari bisnis internet atau online adalah kreativitas."
Tak hanya itu, agar persaingan usaha di dunia online tidak mengarah pada persaingan tidak sehat, dibutuhkan peran serta pemerintah.
Usulan Deloitte
Perusahaan konsultan dan akuntan publik Deloitte merekomendasikan sejumlah hal pada pemerintah agar bisnis online berkembang pesat dan makin kuat. Mulai dari kualitas dan cakupan internet, memperluas sistem pembayaran elektronik, sampai memperluas layanan pemerintah secara elektronik.
Sementara itu, Asosiasi E-commerce Indonesia menyarankan agar regulasi bisnis online di Indonesia tidak terlalu ketat. Indonesia diminta belajar pada negara lain yang sukses mengembangkan bisnis e-commerce, seperti Amerika Serikat dan China. Amerika Serikat misalnya saat ini hampir 40% industri perdagangan di Negeri Paman Sam dilakukan secara online.
Titin Mufti Jakfar, Jakarta,
"Berbisnis online memang kelihatan sangat mudah. Bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, tak perlu modal besar, kita sudah bisa menjalankan usaha. Namun untuk berhasil ada beberapa syarat yang harus kita punya. Mulai dari ide yang berbeda dari yang lain, kreativitas, nota target pembeli, tentu saja ketekunan dan latihan.
Video:
Bisnis Online Mengajak Kita Untuk Terus Mengusung Konsep Unik |
Bisnis Online Mengajak Kita Untuk Terus Mengusung Konsep Unik |
Bisnis Online Mengajak Kita Untuk Terus Mengusung Konsep Unik |
Bisnis Online Mengajak Kita Untuk Terus Mengusung Konsep Unik |
Bisnis Online Mengajak Kita Untuk Terus Mengusung Konsep Unik |
Bisnis Online Mengajak Kita Untuk Terus Mengusung Konsep Unik |
No comments:
Post a Comment